Salam cinta dari Ania

Photobucket

Sabtu, 14 Mei 2011

Bukan Aku

Suatu hari, Nasrudin diundang ke sebuah pesta di rumah seorang pejabat. Karena agak tergesa-gesa, dia hanya memakai baju seadanya.
Satpam rumah pejabat itu memandangnya dengan remeh dan tidak memperbolehkan dia masuk sebab kalau diperbolehkan masuk, maka suasananya akan janggal karena semua tamu di ruangan itu berpakaian bagus.

Nasrudinpun segera pulang untuk mengganti pakaian. Dia memilih pakaian yang paling bagus. Lalu dengan kepercayaan yang tinggi dia menuju ke rumah pejabat itu lagi.
Kedatangan Nasrudin yang berpakaian bagus itu disambut dengan penuh kehormatan oleh satpam rumah dan juga para tamu di situ. Nasrudinpun segera menuju ke meja makan dan dengan lincah memasukkan berbagai jenis makanan ke jubah bajunya.

Tuan rumah dan para tamu sangat heran melihat kejadian tersebut. Salah seorang dari mereka bertanya kepada Nasrudin, “Nasrudin, apa yang sedang kamu lakukan?”
“Aku sedang memberi makan bajuku karena ialah yang diundang dalam pesta ini, bukan aku.”
..............................................



Mungkin kita lebih senang menilai orang lain dari baju yang dipakainya, dari jabatan yang disandangya, atau dari mobil yang dikendarainya.
Kita tidak terbiasa memilai orang lain dari kualitas akhlaknya. Atau barangkali, kita sudah tak mampu lagi melihat keluhuran akhlak. Barangkali, mata hati kita sudah buta untuk melihatnya ‘indahnya’ akhlak. Barangkali, telinga kita sudah tuli untuk mendengar ‘merdunya ‘akhlak’.
Barangkali..hidung kita sudah tidak peka lagi untuk mencium ‘harumnya’ akhlak. Barangkali juga, lidah kita sudah sangat bebal untuk merasakan ‘kelezatan’ akhlak.
Yap...semoga saja tidak!
Kisah inspiratif ini diambil dari buku “Kaya tapi Miskin”, buah karya Mustamir.
(Posted by: An Maharani Bluepen)
150511

Tidak ada komentar:

Posting Komentar