Salam cinta dari Ania

Photobucket

Kamis, 19 Mei 2011

Khasiat Habbatus Sauda

Ku lihat lagi btol kenang-kenangan dri sahabtku dri Sukoharjo yg dberikannya sebulan yg lalu..
Rupanya pil kapsul jinten hitam sudah mereduksi maw habis..
Pil kapsul jinten hitam alias habbatus sauda ni, ku konsumsi stiap 3x sehari dgn 2 kapsul tiap minumnya.

Subhanallah..

Di label botol itu, kubaca...begitu bnyak khasiat dari habbatus sauda:

-Meningkatkan daya tahan tubuh

-Membrsihkan racun/toksin tubuh,radikal bebas,kolesterol,dan residu.

-Memperlancar ASI,haid,n nifas

-Mengobati gangguan jantung,liver n pencernaan

-Mengobati alergi,bisul2,n jerawat

-Mengobati asma,sesak nafas skaligus

-Memperbaiki sistem reproduksi dan pernafasan


Lomba Flash Fiction Poligami

Harmoni Keluarga Poligami
[Oleh Ania Maharani]

Bimo Cakra Seno, keponakan kecilku terbaring tanpa daya di kasur biru itu. Aku alihkan pandanganku ke sang Ibu, kakak sepupuku yang sangat tertekan karena permasalahan keluarga. Bukan karena masalah keluarganya yang poligami melainkan lilitan hutang yang menimpa orang tuanya. Hal ini menyebabkan produksi ASI kakakku menurun sehingga menyebabkan anaknya dehidrasi akut dan harus dirawat di RS.

Dulu, pamanku sempat memberontak karena anaknya mengambil keputusan untuk menjadi isteri kedua. Ya. Kakakku menerima lamaran dari seorang pria yang beristri. Saat itu usia kakakku masih belia dan belum lulus kuliah. Mulanya, aku tak paham apa alasannya untuk berpoligami. Hampir setiap anggota keluarga mencemoh keputusan kakakku. Namun keteguhan kakakku untuk berpoligami tidak goyah. Dia tetap menikah dengan pria itu dan membangun keluarga sakinah bersama isterinya yang pertama. Kakakku akhirnya melahirkan seorang putera yang menjadi permata dalam keluarganya. Sebaliknya, sang isteri pertama mengalami penyakit kanker serviks sehingga jalan untuk menghasilkan keturunan terhambat. Namun dia menerima kakakku apa adanya dan menganggapnya sebagai adik sendiri. Bahkan untuk kondisi tertekan ini, kak Yammah, sang isteri pertama, selalu mendampingi kakakku dan merawat Bimo dengan setulus hati.

Kerukunan yang aku lihat dalam keluarga poligami kakakku bukanlah sebuah sandiwara yang dibuat-buat oleh pelakunya. Kak Yammah begitu menerima kehadiran kakakku dan menjadikan keluarga poligami ini sebagai ladang amal dalam hidupnya. Semula, keluarga kak Yammah pun tidak setuju akan rencana poligaminya. Namun hasrat untuk memiliki sebuah keturunan meskipun bukan dari rahimnya sendiri menjadi pertimbangan yang terpenting dalam keputusannya.

Di ruang Flamboyan itu, aku bertanya kepada kak Yammah, “Pernah ga sih, Kak Yammah merasa cemburu dengan Kak Ori? Hehe...Jangan marah ya, Kak.”

Kemudian kak Yammah menjawab, “Sebagai rasa manusiawi, pernah juga, dek. Kak Ori mahir menjahit dan cukup ulet dengan keterampilan yang dimiliki. Dia juga cukup cerdas karena pernah lulus kuliah. Kadang aku merasa minder karena belum pernah merasakan jadinya sarjana."

“Yah, tapi kan Kak Yammah lebih pinter memasak daripada Kak Ori. Jadi kalian saling melengkapi, kan, Kak?”

“Hyum... Bener juga, ya? Tapi, kak Habib juga ga pernah membedakan antara kemampuan kami, kok, dek...Makanya, ku merasa nyaman dan tidak pernah mempersoalkannya. Oh ya, gimana tanggapan ta’aruf dari ikhwan fullan itu?”

“Kok, pertanyaan kak Yammah jadi ganti topik, sih? Perasaanku masih belum netral, Kak. Masih banyak pertimbangan,” jawabku dengan wajah memerah.

“Ya sudah, diistikharahkan dulu saja. Semoga dapat keputusan yang terbaik, ya,“ saran kak Yammah sambil memperbaiki letak infus Bimo.

Sekali lagi, aku merasakan ketulusan kak Yammah dalam membina keluarga poligaminya ini.


Selasa, 17 Mei 2011

Ath Thibbun Nabawi

Alhamdulillah, saya bisa menulis kembali lewat lembar hikmah ini. Kali ini saya akan share ilmu tentang Ath Thibbun Nabawi alias pola hidup sehat ala Rasulullah SAW. Sebagai sarjana kesehatan masyarakat, saya bisa mengambil hikmah dari metode kesehatan Rasulullah SAW. Bukan hanya soal metode pengobatan saja melainkan metode pencegahan yang efektif untuk kesehatan kita. Berikut ulasan tentang Ath Tibbun Nabawi...Semoga bermanfaat, yaa...^___^

Tahukah anda, siapa orang yang paling sehat di dunia ini? Yap. Beliau adalah uswatun khasanah kita, murobbi (guru) mulia kita, Rasulullah SAW. Beliau hanya mengalami sakit ketika mendekati ajalnya. Subhanallah, kita bisa meneladani pola hidup sehat dari Rasulullah SAW melalui berbagai aspek kehidupan, mulai dari pola makan, pola tidur, pola ibadah dan pola manajemen waktu. Coba kita tengok dari segala aspek ibadah yang kita lakukan, adakah unsur kesehatan yang terkandung di dalamnya? Yap. Semuanya dilandasi oleh norma ketaatan yang diselimuti hikmah kesehatan. Misalnya, samudera hikmah dari seluruh gerakan shalat, thaharah, dan puasa yang masing-masing memiliki nilai kesehatan yang luar biasa (hal ini sudah dibuktikkan oleh penelitian modern). Tak hanya itu, ibadah zakat yang urgensinya membersihkan jiwa dan harta kita serta ibadah haji yang tak lepas dari manfaat kesehatan jasmani maupun rohani.


Angsa Putih

Seorang wanita paruh baya memandang wajahku. Pandanganku pun beralih kepadanya, melihat anak kecil yang digendongnya. Mereka tampak begitu kumal, pucat dan sepertinya tidak makan seharian. Wajah rentanya mengingatkanku kepada nenekku yang tinggal di Garut. Namun jiwanya sangat berbeda dengan pengemis kota lainnya. Dia bukan seorang peminta-minta. Ku lihat sikapnya menolak pemberian sedekah yang kuberikan. Hyum... Beliau, seorang nenek yang penuh kasih sayang, mengungkapkan, “Berikan sedekah ini kepada orang yang lebih membutuhkan, Nak... Tebarkan senyum kebaikan kapanpun dan di manapun kau berada.”

Aku terhanyut akan nasihat nenek itu. Sungguh jarang, ku temukan kearifan orang seperti beliau di kota metropolitan ini. Ku melihat punggung nenek itu dari kejauhan. Sebuah pertemuan singkat yang begitu berharga. Memori ini akan selalu tersimpan di hatiku.

Aku beranjak naik ke bus trans kota. Menyaksikan jejeran hutan beton yang terlintas. Menghirup kesesakan udara kota yang tercemar. Seperti biasa, ku berdiri di samping Pak Kondektur sambil berdiskusi singkat seputar negeri ini. Kata Pak Bonar sih, “Alangkah lucunya negeri ini, sang koruptor berkeliaran bebas menikmati kemakmuran di atas penderitaan rakyatnya.” Aku tersenyum kecil, mendengar kritikan dari Kondektur ini. Kepulan asap rokok keluar dari mulut beliau.

“Sebagai rakyat kecil, saya cuma bisa berangan-angan, dek. Coba kalau saya dapat amanah sebagai pemimpin, pasti saya tidak akan kuasa untuk melakukan perbuatan haram itu. Yah, memang benar. Semakin tinggi kekuasaan, semakin tinggi pula badai yang menerjangnya. Hidup saya masih pas-pasan, dek, namun sering juga tertekan. Apalagi kalau tidak mencapai target setoran, bisa-bisa anak isteri ga dapat makan seharian, hahaha..”

Pak Bonar, kondektur tua itu juga mengingatkanku. Aku baru mengenal beliau sebulan yang lalu. Pada saat itu, peristiwa naas menimpaku. Ketika pertama kalinya ku menjelajah ibukota, dompetku raib di halte trans. Namun Pak Bonar berbelas kasihan kepadaku. Beliau melihat kemalanganku dan mengizinkanku naik bus. Mulai sejak itu, aku berhutang budi kepada beliau. Hubunganku dengan beliau pun cukup dekat. Setiap sore, ku tunggu bus trans kota “milik” Pak Bonar.

Sampai di rumah kontrakan, Alif, saudara sepupuku yang tinggal serumah denganku, menyerahkan secarik surat kepadaku. “Yan, ni ada surat dari Malaysia. Wah..wah..Korespondensi dari siapa, nih?” tanya Alif penasaran.
“Oh ya? Mana ku lihat suratnya. Dateng jam berapa, Lif?”
“Tak tahu. Tetangga sebelah menitipkannya kepadaku,” jawab Alif datar.
Ku buka secarik surat itu. Rasa penasaran membuncah hatiku. Di era modern ini, masih ada orang yang mengirimkan surat lewat Pak Pos. Kenapa tidak lewat email saja? Kan jauh lebih efisien dan efektif. Hal yang membuatku penasaran, surat ini asalnya dari Malaysia. Ku lihat nama pengirimnya. Tidak begitu jelas tulisan latinnya. Bismillah. Ku buka surat bermuatan penasaran itu.



Sabtu, 14 Mei 2011

Catatan Hati

Bismillahirrahmanirrahiim...................

Bagaimana kabar kondisi hati?
Alhamdulillah, semakin semangat atau semakin down tak menentu?

Ya Alloh.......terima kasih atas segala nikmat yang telah Kau berikan kepadaku......setiap detik manfaat yang aku rasakan, setiap hembusan nafas yang merasuk ragaku, dan setiap detak jantung yang menandakan kehidupanku. Maafkan hamba, karena hamba sering melupakan-Mu, karena hamba sering melalaikan waktu dengan sia-sia, karena hamba masih mengharapkan bukan karena-Mu, karena hamba belum menyadari kesalahan-kesalahan yang dilakukan, karena hamba masih asyik dalam ‘zona nyaman’ yang membuat lupa akan kehadiran cobaan, karena hamba belum menjadi hamba-Mu yang bermanfaat, karena hamba.....................

Bukan Aku

Suatu hari, Nasrudin diundang ke sebuah pesta di rumah seorang pejabat. Karena agak tergesa-gesa, dia hanya memakai baju seadanya.
Satpam rumah pejabat itu memandangnya dengan remeh dan tidak memperbolehkan dia masuk sebab kalau diperbolehkan masuk, maka suasananya akan janggal karena semua tamu di ruangan itu berpakaian bagus.

Nasrudinpun segera pulang untuk mengganti pakaian. Dia memilih pakaian yang paling bagus. Lalu dengan kepercayaan yang tinggi dia menuju ke rumah pejabat itu lagi.
Kedatangan Nasrudin yang berpakaian bagus itu disambut dengan penuh kehormatan oleh satpam rumah dan juga para tamu di situ. Nasrudinpun segera menuju ke meja makan dan dengan lincah memasukkan berbagai jenis makanan ke jubah bajunya.

Tuan rumah dan para tamu sangat heran melihat kejadian tersebut. Salah seorang dari mereka bertanya kepada Nasrudin, “Nasrudin, apa yang sedang kamu lakukan?”
“Aku sedang memberi makan bajuku karena ialah yang diundang dalam pesta ini, bukan aku.”
..............................................



Bertameng Insya ALLoh

Nasrudin membeli kain dan ingin membuat baju. So, dia mendatangi tukang jahit yang cukup terkenal di daerahnya.
“Kapan selesai?”
“Insya Alloh, seminggu lagi yaa..” jawab tukang jahit.
Seminggu kemudian Nasrudin datang lagi. Ternyata, kainnya belum jadi apa-apa, bahkan dipotongpun belum.
“Insya Alloh tiga hari lagi, Nas,” kata tukang jahit berusaha meyakinkan Nasrudin.
Meski kecewa, Nasrudin menerima juga. Tepat tiga hari kemudian, didatanginya lagi tukang jahit itu. Ternyata baju yang dipesankan belum jadi juga.
“Kembalilah dua hari lagi. Insya Alloh baju Tuan akan segera digarap.”
“Memangnya pasnya berapa sih kalau Alloh nggak ikut campur?” kata Nasrudin jengkel.
.........................................................



‘Insya Alloh’ bagi muslim sejati adalah kesungguhan hati untuk menepati janji. Tetapi, rupanya Insya Alloh sudah “bermetamorfosis”. Jika dulu kata tersebut adalah tanda kesungguhan, maka kini sebaliknya. ‘Insya Alloh’ di zaman ini sudah sangat lekat di lidah kita, namun tidak di hati kita. Secara tidak sadar, kita menggunakannya sebagai penutup kemunafikan kita. Wah payah, bukan?
Kisah inspiratif ini diambil dari buku “Kaya tapi Miskin”, buah karya Mustamir.
(Posted by: An Maharani Bluepen)
150511