Salam cinta dari Ania

Photobucket

Selasa, 28 Juli 2009

biji sang raja baru..

Bibit Raja

Dahulu kala, ada seorang raja di daerah Timur yang sudah tua. Ia menyadari bahwa sudah dekat saatnya ia mencari pewaris kerajaannya. Ia tidak mewariskan kerajaannya itu kepada salah satu dari bawahannya ataupun anaknya, tetapi ia memutuskan untuk melakukan sesuatu hal yang berbeda. Ia memanggil seluruh anak muda di seluruh kerajaannya. Ia berkata, "Sudah saatnya bagiku untuk mengundurkan diri dan memilih raja yang baru. Aku memutuskan untuk memilih salah satu di antara kalian."

Anak-anak muda itu terkejut! Tetapi raja melanjutkan,"Aku akan memberikan kalian masing-masing satu bibit hari ini. Satu bibit saja. Bibit ini sangat istimewa. Aku ingin kalian pulang, menanamnya, merawatnya dan kembali ke sini lagi tepat 1 tahun dari hari ini dengan membawa hasil dari bibit yang kuberikan hari ini. Kemudian aku akan menilai hasil yang kalian bawa, dan seseorang yang aku pilih akan menjadi raja negeri ini!"

Ada seorang anak muda yang bernama Ling yang berada di sana pada hari itu dan ia, seperti yang lainnya, menerima bibit itu. Ia pulang ke rumah dan dengan antusias memberitahu ibunya tentang apa yang terjadi. Ibunya membantu Ling menyediakan pot dan tanah untuk bercocok tanam, dan Ling menanam bibit itu kemudian menyiraminya dengan hati-hati. Setiap hari ia selalu menyirami, merawat bibit itu, dan mengamati apakah bibit itu tumbuh. Setelah beberapa minggu, beberapa dari anak muda itu mulai membicarakan mengenai bibit mereka dan tanaman yang telah mulai tumbuh. Ling pulang ke rumah dan memeriksa bibitnya, tetapi tidak ada hasilnya.


kisah Inspiratif 3

Bertameng Insya ALLoh

Nasrudin membeli kain dan ingin membuat baju. So, dia mendatangi tukang jahit yang cukup terkenal di daerahnya.
“Kapan selesai?”
“Insya Alloh, seminggu lagi yaa..” jawab tukang jahit.
Seminggu kemudian Nasrudin datang lagi. Ternyata, kainnya belum jadi apa-apa, bahkan dipotongpun belum.
“Insya Alloh tiga hari lagi, Nas,” kata tukang jahit berusaha meyakinkan Nasrudin.
Meski kecewa, Nasrudin menerima juga. Tepat tiga hari kemudian, didatanginya lagi tukang jahit itu. Ternyata baju yang dipesankan belum jadi juga.
“Kembalilah dua hari lagi. Insya Alloh baju Tuan akan segera digarap.”
“Memangnya pasnya berapa sih kalau Alloh nggak ikut campur?” kata Nasrudin jengkel.
.........................................................
‘Insya Alloh’ bagi muslim sejati adalah kesungguhan hati untuk menepati janji. Tetapi, rupanya Insya Alloh sudah “bermetamorfosis”. Jika dulu kata tersebut adalah tanda kesungguhan, maka kini sebaliknya. ‘Insya Alloh’ di zaman ini sudah sangat lekat di lidah kita, namun tidak di hati kita. Secara tidak sadar, kita menggunakannya sebagai penutup kemunafikan kita. Wah payah, bukan?
Kisah inspiratif ini diambil dari buku “Kaya tapi Miskin”, buah karya Mustamir.
(Posted by: Bluepen-ania; 22Juli 2009)

kisah Inspiratif 2

Mengingat Alloh

Dua orang sahabat bertemu di sebuah ruang makan setelah dua puluh tahun tidak berjumpa. Sehabis ngobrol cukup lama, yang satu mengajak sahabatnya untuk sembayang, tetapi yang diajak menolak, “Maaf, Kawan, sudah dua puluh tahun aku tidak pernah lagi sembayang. Bahkan, aku pun tidak pernah lagi menyebut namaNYA.”
“Apa? Mengapa? Dulu, saat kita masih kecil, engkaulah yang paling rajin mengaji dan sembayang. Dulu ketika hidup miskin, kau begitu rajin beribadah, tetapi mengapa sekarang setelah hidupmu mapan, justru kau melupakanNYA? Baiklah, maukah kau kubantu untuk menyebut namaNYA?
“Tentu saja, Kawan.”
Dan, bukk..temannya yang mengajak sembayang memukul perut temannya cukup keras sambil berkata, “ Bagaimana, sakit?”
“Masya Alloh, sakit sekali.’
“Nah. Aku sudah membantumu.”
..............................................................................
Kisah di atas memang patut kita renungkan. Sahabat, ketika kita sehat sering kita melupakan Tuhan. Tetapi segera setelah rasa sakit datang menyiksa, kita berteriak-teriak, “Ya Alloh! Ya Alloh!”
Jadi di sini terdapat hikmah dari kesakitan, kegagalan, kesempitan dan duka cita. Mereka ini hadir bukan demi merusak manusia, melainkan menumbuhkan keimanan, meneguhkan hati, dan bahkan menyehatkan badan.
Bila kegagalan, kesempitan, kesakitan, atau suka duka menghampiri hidup Anda, maka bayangkanlah bahwa yang datang itu adalah Tuhan. Tuhan mengejewantahkan dalam kesakit-sakitan.
Kisah inspiratif ini diambil dari buku “Kaya tapi Miskin”, buah karya Mustamir.
(Posted by: Bluepen-ania; 22Juli 2009)

kisah Inspiratif

Bukan Aku

Suatu hari, Nasrudin diundang ke sebuah pesta di rumah seorang pejabat. Karena agak tergesa-gesa, dia hanya memakai baju seadanya.
Satpam rumah pejabat itu memandangnya dengan remeh dan tidak memperbolehkan dia masuk sebab kalau diperbolehkan masuk, maka suasananya akan janggal karena semua tamu di ruangan itu berpakaian bagus.
Nasrudinpun segera pulang untuk mengganti pakaian. Dia memilih pakaian yang paling bagus. Lalu dengan kepercayaan yang tinggi dia menuju ke rumah pejabat itu lagi.
Kedatangan Nasrudin yang berpakaian bagus itu disambut dengan penuh kehormatan oleh satpam rumah dan juga para tamu di situ. Nasrudinpun segera menuju ke meja makan dan dengan lincah memasukkan berbagai jenis makanan ke jubah bajunya.
Tuan rumah dan para tamu sangat heran melihat kejadian tersebut. Salah seorang dari mereka bertanya kepada Nasrudin, “Nasrudin, apa yang sedang kamu lakukan?”
“Aku sedang memberi makan bajuku karena ialah yang diundang dalam pesta ini, bukan aku.”
..............................................
Mungkin kita lebih senang menilai orang lain dari baju yang dipakainya, dari jabatan yang disandangya, atau dari mobil yang dikendarainya.
Kita tidak terbiasa memilai orang lain dari kualitas akhlaknya. Atau barangkali, kita sudah tak mampu lagi melihat keluhuran akhlak. Barangkali, mata hati kita sudah buta untuk melihatnya ‘indahnya’ akhlak. Barangkali, telinga kita sudah tuli untuk mendengar ‘merdunya ‘akhlak’.
Barangkali..hidung kita sudah tidak peka lagi untuk mencium ‘harumnya’ akhlak. Barangkali juga, lidah kita sudah sangat bebal untuk merasakan ‘kelezatan’ akhlak.
Yap...semoga saja tidak!
Kisah inspiratif ini diambil dari buku “Kaya tapi Miskin”, buah karya Mustamir.
(Posted by: Bluepen-ania; 22Juli 2009)