بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Terik panas kota Atlas tak membuatku pasrah untuk
menghentikan perjalanan ke Smaga. Melewati jalanan berdebu, fly over dengan hiruk pikuk kemacetan
ataupun keramaian pasar Karang Ayu hingga melewati jembatan Banjirkanal yang
sedang direnovasi. Jam sepuluh sudah lewat sepuluh menit, dan dapat disimpulkan
bahwa aku terlambat dalam menghadiri pertemuan pekanan bersama adik-adik yang
baru ku kenal dua minggu silam. Waktu menjadi bernilai, saat detiknya
terlewatkan begitu saja. Semoga keterlambatan ini menjadi pelajaran penting
untuk menghargai waktu. Al Waqtu Al Hayah [Waktu adalah kehidupan]..
Tak terasa sudah lima tahun status alumni melekat
pada diriku. Di tempat inilah, proses metamorfosisku dimulai. Saat pertama
kalinya mengenakan jilbab, mendapatkan hidayah manis melalui persaudaraan yang
erat, dan hal yang menarik lainnya adalah merajut mimpi, memperoleh
transformasi ilmu, serta mengenali ajaran Islam lebih dekat. Ah, begitu indah,
jika kenangan itu muncul kembali dalam ingatan.
Ar Royan, mushola kecil yang selalu menjadi
tempat singgah para siswa yang ingin menghadap Sang Pencipta, ataupun sebagai
tempat diskusi yang nyaman dan rindang karena suasana hijau di sekelilingnya.
Bahkan, tempat ini pula menjadi tempat rehat yang asyik tatkala pikiran penat
melanda usai jam pelajaran sekolah. Sesuai dengan namanya, Ar Royan yang
berarti ‘pintu-pintu surga’ yang diharapkan setiap muslimin yang singgah di
tempatnya untuk bersemangat menyerukan amalan kebaikan dalam setiap kesempatan.
Dan tahukah, sobat, bahwa syahadatain merupakan kunci dari pintu-pintu syurga
itu? :)
Aku liat wajah adik-adikku satu per satu. Beberapa
menit sebelumnya, aku menanti kehadiran mereka yang tak kunjung datang.
Padahal, sebenarnya mereka sudah datang on
time jam sepuluh dan tak merasakan kehadiranku. Karena keterlambatanku, mereka
tak menemuiku hingga meninggalkan mushola. Satu jam aku menunggu, dan berharap
kehadiran mereka. Alhamdulillah, berkat izin dari-Nya, kami dipertemukan kembali dalam kondisi iman
yang kuat, badan yang sehat dan terus semangat. Kali ini, aku memang sengaja
membuka perkenalan untuk mengenali mereka lebih dekat satu sama lain. Ada adik
Aulia, yang selalu rajin hadir setiap pekan; adik Rahma, yang selalu tampil
ceria; dan adik Amalia, yang tampil lebih dewasa. Tiga adik yang hadir dalam
kajian siang itu membuatku bersemangat kembali.
Sebelum membahas materi, aku sengaja mengingatkan
kembali tentang peringatan hari jilbab internasional yang jatuh pada tanggal 3
September lalu. Aku tanyakan apa motivasi mereka memakai jilbab, kemudian
dituliskan dalam secarik kertas. Ada yang bilang karena nazar, ikut-ikutan
teman, atau sekedar murni menutup aurat. Surat An Nuur ayat 31 dan Al Ahzab
ayat 159 menjadi dua ayat pengingat dan landasan istiqomah bagi setiap muslimah
dalam menutup aurat. Ada hikmah yang tersembunyi yang mungkin belum diketahui
sebelum memakai jilbab. Setelah ditelusuri, dan diyakini dengan hati, ternyata
banyak hikmah manis yang terbukti, bahwa keinginan memakai jilbab bukan sekedar
karena mematuhi syariat, tetapi menjadikan ruhani dan jasmani kita semakin
kuat, semakin anggun, memancarkan inner
beauty, sekaligus menampakkan jati diri sebagai seorang muslimah. Efek
positif lainnya adalah menghindarkan diri dari segala macam bentuk gangguan.
Pertanyaan
selanjutnya mengenai sasaran materi yang berkaitan dengan syahadatain. Aku
menanyakan frekuensi mereka mengucapkan syahadatain dalam keseharian dan
seberapa penting makna syahadatain dalam kehidupan. Aku kembali merefleksikan,
bahwa saat ini kaum Yahudi sudah semakin berani mencela dan memerangi Islam
secara terang-terangan. Segala media mereka kuasai untuk menghancurkan umat
muslim dengan segala aksi, termasuk memanfaatkan media berita, ataupun jejaring
dunia maya yang banyak dikonsumsi generasi muda. Kaum liberalis-pun mendominasi
dan umat Islam semakin dipojokkan.
Pernahkah kita berpikir, mengapa kita memilih
Islam sebagai jalan terbaik, dan menjadikan Alloh sebagai Tuhan satu-satunya di
dunia ini? Lalu, apakah benar, sosok Rasulullah SAW benar-benar kita jadikan
teladan sepanjang zaman? Lantas, apakah syahadatain yang sering kita ucapkan
tiap hari dalam sholat dan do’a-do’a kita mampu mengantarkan perubahan
revolusioner yang berarti untuk kepribadian kita? Satu hal yang utama, seberapa
besarkah komitmen yang sudah kita berikan untuk mengaplikasikan kalimat
syahadatain dalam kehidupan sehari-hari? Deretan pertanyaan ini tak sekedar
menjadi pertanyaan klasik bagi kita sebagai umat Rasulullah SAW yang mulia.
Namun, memang perlu dipertanyakan kembali untuk memperbaharui segala jenis
kecintaan kita terhadap Alloh dan menjadikan Islam sebagai satu-satunya agama
yang Diridhoi-Nya.
Aku ingatkan kembali mereka pada kisah Umar ibn
Khattab, khalifah kedua yang memiliki histori keislaman yang dramatis.
Awalnya, Dia adalah seorang lelaki yang kejam dan
bengis. Bisa dikatakan bahwa dia adalah gembong mafia Arab yang sangat membenci
Rasulullah SAW. Salah satu bukti kekejamannya adalah tega mengubur darah
dagingnya hidup-hidup. Apakah anaknya bersalah? Tentu tidak, anaknya baru
berumur dua tahun. Hanya satu alasan yang membuat jiwanya kerdil, yakni anaknya
berjenis kelamin perempuan.
Selanjutnya, dirinya murka. Ketika Tuhan Gandum
dan batu yang selama ini dia sembah dan dihinakan oleh seorang mulia di antara
kaumnya. Dengan darah menggelegak di kepala, dia berteriak mencari Rasulullah
SAW. Tiba-tiba di jalan seseorang menghadangnya, “Hai kau kenapa marah-marah
dan akan membunuh Muhammad. Adikmu saja telah masuk agamanya.” Mendengar hal
itu, amarahnya semakin membara.
Fathimah, adik perempuannya ditemuinya lalu
ditampar, dipukul, dan diinterogasi. Ia hendak merusak kitab suci yang sedang
dipegang oleh adiknya itu. “Aku takkan menyerahkan Al Qur’an ini kepadamu,
karena ini hanya boleh disentuh oleh orang yang suci,” ucap Fathimah. Maka,
ia-pun mensucikan diri dan dengan gemetar sang adik menyerahkan kitab itu
padanya. Umar membacanya dengan seksama dan ia sangat terpana, hatinya luluh
seketika. Tahukah QS yang sedang ia baca, sobat? Baca saja QS ke-20 dari Al Qur’anul
Kariim tersebut. Sungguh, makna dari ayat-ayat pertama sangat menyejukkan jiwa.
“Ini bukanlah perkataan mulia,” ucap Umar meneguk hidayah yang diberikan Alloh
SWT. Di hadapan sang nabi beliau langsung mengucapkan syahadat dengan lantang.
Dia mulai memeluk agama Islam dan menyesali atas perlakuan di masa jahiliyah.
Akhirnya, dia menjadi pembela Islam yang setia dan sahabat terbaik setelah Abu
Bakar ash Shidiq. Bayangkan saja, syahadatain menjadi kunci perubahan
revolusioner yang maha dahsyat bagi seorang Umar, gembong mafia dari negeri
Arab berubah menjadi muslim yang taat ^^
Apa saja syarat dari diterimanya syahadat Umar?
Yuk, kita telusuri penyebabnya..Ternyata kuncinya
adalah 2P5K [Pengetahuan, Penerimaan, Keyakinan, Keikhlasan, Kejujuran,
Kecintaan, dan Kepatuhan]. Sebaliknya, sikap-sikap yang menjadikan syahadat
kita tertolak adalah 6K1P [Kebodohan, Keraguan, Kesyirikan, Kebencian,
Kedustaan, Keingkaran dan Penolakan tidak beramal]. Jika syarat-syarat
diterimanya syahadat terpenuhi, maka sudah sepantasnya seorang muslim rela
untuk diatur oleh Alloh SWT, Rasulullah SAW, dan agama Islam dalam perilaku
sehari-hari.
Tak hanya Umar ibn Khattab, ada kisah Bilal,
muadzin pertama Islam yang tadinya seorang budak penurut dan rendah diri
kemudian tiba-tiba menjadi seorang yang memiliki harga diri dan kemuliaan
setelah memeluk Islam.
Asyahadu
ala ilaha illaallah wa asyhadu anna Muhammadan rasulullah. Aku bersaksi bahwa tidak
Tuhan selain Alloh dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Alloh SWT.
Syahadat adalah pernyataan, sumpah, dan perjanjian umat muslim untuk melakukan
apa-apa yang menjadi perintah dan larangan Alloh SWT. Syahadat sebagai dua
kalimat Maha Dahsyat yang mampu membuat seseorang berubah totalitas dalam
keburukan kepada totalitas dalam kebaikan.
Urgensi Syahadatain (QS 4:41, QS 2:143, QS 70:33
a. Pintu gerbang masuk muslim
b. Intisari ajaran Islam, ikhlas, dan Ittiba’
c. Dasar-dasar perubahan total; pribadi dan masyarakat.
d. Hakikat dan dakwah para Rasul
e. Keutamaan yang besar; kebahagiaan dunia akhirat serta pintu masuk syurga.
a. Pintu gerbang masuk muslim
b. Intisari ajaran Islam, ikhlas, dan Ittiba’
c. Dasar-dasar perubahan total; pribadi dan masyarakat.
d. Hakikat dan dakwah para Rasul
e. Keutamaan yang besar; kebahagiaan dunia akhirat serta pintu masuk syurga.
Lantas, kenapa kaum muslimin hari ini tidak
seperti mengerti kandungan makna syahadat secara benar? Kenapa ada yang disebut
Islam KTP atau Islam abangan dan disimpulkan Ngakunya Islam, tapi perilakunya tak islami, tak pernah sholat, puasa,
zakat, dan haji. Kalo udah haji berkali-kali tapi rasa rendah hatinya tak
tampak. Ataupun begini, tiap hari berjilbab,
tapi kenapa masih ada aurat yang tampak dan berperilaku tak islami?
Sobat, bahkan terkadang kita temukan orang-orang
yang terlalu asyik membiarkan dirinya bergelimang dalam keburukan dan
kesia-siaan. Kemudian dengan santai mengatakan, “Ah gampang, ntar kalo mati,
ngucap syahadat aja biar masuk syurga.” Padahal, tak semudahnya syahadat
terucap, saat mulut, hati, dan pikiran masih menduakan kehadiran Alloh SWT.
Pada kondisi seperti itu, maka seseorang tak dapat lagi memikirkan apa yang
diucapkan. Hal yang keluar dari mulutnya saat ajal menjemput adalah apa yang
sering diucapkan, dan dipikirkan.
Mari kita rancang apa yang kita ucapkan di akhir
hidup kita nanti dari sekarang. Jika kita ingin mengucap kalimat syahadat, maka
seharusnya kita memahami syahadat ini dengan ilmu, meresapi dalam relung jiwa,
dan mengaplikasikan dalam perilaku kita. Semoga kami senantiasa menikmati
hidayah dari-Mu, dan melakukan konsekuensi dari syahadatain yang telah kami
ucapkan, ya Rabb..
Allohummarzuqna
bi khusnil khootimah. Ya Alloh, karuniakanlah kepada kami akhir kehidupan yang
baik. Aamiin.
Pertemuan kecil kami ditutup dengan do’a rabitah
(pengikat hati), dan do’a kafaratul majelis yang senantiasa menentramkan. Semoga minggu depan, masih ada kesempatan untuk saling berbagi kisah inspiratif dan hikmah bersama adik-adik sekalian.. Miss you all..
An Maharani
Bluepen
6 Dzulkaedah Awal 1433 H
Sumber;
Al Qur'an
ISLAM. Light of Life. BPMAI UNDIP 2010.
Kurikulum Tarbiyah Islamiyah. Buku 1.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar