Oleh: Ania Maharani
Masa
SMA adalah masa sejarah bagi perkembangan diriku sebagai seorang muslimah.
Bermula dari ikut kajian rutin setiap hari Jum’at sambil menunggu ekstra
kurikuler pramuka di mushola kecil Ar Royan. Kemudian, aku dikelompokkan
menjadi lingkaran kecil yang bernama Liqo, dibimbing langsung oleh alumni
SMAGA. Karakter mbak mentor yang pendiam, sangat sabar, mampu membina kelompok
kecilku hingga masa lulus SMA. Aku masih ingat nama beliau yang seindah
akhlaknya, namanya mbak Indah. Setelah tidak bertemu beberapa tahun, beliau
masih ingat kepada kami. Beliau tak lupa mengundang para mutarobbinya di SMA
untuk menghadiri hari walimahannya. Bagaimana, ya, kabarnya kini? Aku sudah
lama tidak bersilaturahiim ke tempat beliau.
Jika
mengingat-ingat masa SMA, kadang aku senyum-senyum sendiri. Aku tak begitu
menyangka, niat berjilbab yang semula karena nazar (ingin diterima di sekolah
favorit saat itu) memotivasiku untuk selalu berbuat baik. Tanpa halaqoh,
kemungkinan besar istiqomahku dalam berjilbab tidak akan terjaga. Aku sadari,
perubahan diri untuk menjadi seorang ‘akhwat’ yang benar-benar ‘akhwat’
membutuhkan proses yang tak instan.