Salam cinta dari Ania

Photobucket

Sabtu, 14 Mei 2011

Bertameng Insya ALLoh

Nasrudin membeli kain dan ingin membuat baju. So, dia mendatangi tukang jahit yang cukup terkenal di daerahnya.
“Kapan selesai?”
“Insya Alloh, seminggu lagi yaa..” jawab tukang jahit.
Seminggu kemudian Nasrudin datang lagi. Ternyata, kainnya belum jadi apa-apa, bahkan dipotongpun belum.
“Insya Alloh tiga hari lagi, Nas,” kata tukang jahit berusaha meyakinkan Nasrudin.
Meski kecewa, Nasrudin menerima juga. Tepat tiga hari kemudian, didatanginya lagi tukang jahit itu. Ternyata baju yang dipesankan belum jadi juga.
“Kembalilah dua hari lagi. Insya Alloh baju Tuan akan segera digarap.”
“Memangnya pasnya berapa sih kalau Alloh nggak ikut campur?” kata Nasrudin jengkel.
.........................................................



‘Insya Alloh’ bagi muslim sejati adalah kesungguhan hati untuk menepati janji. Tetapi, rupanya Insya Alloh sudah “bermetamorfosis”. Jika dulu kata tersebut adalah tanda kesungguhan, maka kini sebaliknya. ‘Insya Alloh’ di zaman ini sudah sangat lekat di lidah kita, namun tidak di hati kita. Secara tidak sadar, kita menggunakannya sebagai penutup kemunafikan kita. Wah payah, bukan?
Kisah inspiratif ini diambil dari buku “Kaya tapi Miskin”, buah karya Mustamir.
(Posted by: An Maharani Bluepen)
150511

Tidak ada komentar:

Posting Komentar